Friday, April 29, 2016

MAKALAH TANAMAN PERKEBUNAN
KEHUTANAN DAN INDUSTRI
“TANAMAN BAMBU (Gigantochloa apus)








M. DENI
05071281419188





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA
2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tanaman bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan sudah menyebar di kawasan Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering. Lopez dan Shanley (2004) menyebutkan bahwa bambu termasuk keluarga rumput-rumputan dan merupakan tumbuhan paling besar di dunia dalam keluarga ini. Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan kebanyakan terdapat di Asia. Tumbuhan yang indah ini, dengan kekuatan dan kelenturannya, memiliki manfaat yang tidak terbatas. Bambu telah menjadi bagian alami dari kehidupan, mulai dari lahir hingga mati.
Di Cina dan Jepang, pisau bambu digunakan untuk memotong tali pusar bayi pada saat dilahirkan, dan jenazah orang yang meninggal diletakkan diatas alas yang terbuat dari bambu. Tumbuhan ini sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Asal-usul Bambu Tanaman bambu banyak ditemukan di daerah tropik di Benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Penyebarannya meliputi wilayah Indoburma, India, Cina, dan Jepang. Daerah Indoburma dianggap sebagai daerah asal tanaman ini. Selain di daerah tropik, bambu juga menyebar ke daerah subtropik dan daerah beriklim sedang di dataran rendah sampai di dataran tinggi (Berlian & Rahayu, 1995).
Di daerah hujan tropis, bambu tumbuh dalam kelompok. Ketika terjadi gangguan hutan alam, misalnya karena logging. Bambu semakin tersebar, misalnya jenis Phyllostachys ditemukan hampir di seluruh daerah Cina, Jepang, dan Taiwan. Budidaya bambu dilakukan di Indonesia, India, dan Bangladesh (Elsppat, 1999).
 Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Salah satu jenis bambu yang sudah banyak dikenal dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bambu tali atau bambu apus.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adala untuk:
·         Mengetahui syarat tumbuh tanaman bambu
·         Mengetahui cara membudidayakan tanaman bambu
·         Mengeetahui manfaat dan pengolahan bambu




BAB II
BUDIDAYA BAMBU
A.    Deskripsi tanaman
Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang (Otjo dan Atmadja, 2006).
Salah satu jenis bambu yang sudah banyak dikenal dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam genus Gigantochloa, Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut.
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Monocotiledonae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Subfamili : Bambusoideae
Genus : Gigantochloa
Spesies : Gigantochloa apus (Bl. Ex Schult.) Kurz (Berlin dan Estu, 1995).

B.     Jenis-jenis Bambu
Dari sekitar 75 genus terdiri dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, 10 genus atau 125 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Berdasarkan sistem percabangan rimpang, genus tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, genus yang berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk didalamnya genus Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum. Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial (horizontal) dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan rumpun tersebar, diantaranya genus Arundinaria (Duryatmo, 2000).
Sedangkan menurut Berlian dan Rahayu (1995) di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan masih belum jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis yang tinggi seperti: bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kunig, bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling, bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian, bambu jepang, bambu gendang, bambu bali, dan bambu pagar.

Tabel Jenis-jenis Bambu
No.
Nama botanis
Sinonim
Nama lokal dan penyebaran
1.
Bambusa atra Lindley
Bambusa lineata Munro Bambusa rumphiana Kurz Dendrocalamus latifolius Laut & K. Shum
Loleba (Maluku, Nena (Shanghai)
2.
Bambusa multiplex (Lour) Raeuschel ex J.A. & J.H. Schultes
Arundo multiplex (Lour.) Bambusa nana (Roxb) Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Munro
Bambu krisik hijau, Krisik putih, Bambu pagar, Bambu cina (Indonesia), Aor selat (Kalimantan Barat)
3.
Bambusa vulgaris Schrad ex Wendl
Bambusa thouarsii Kunth Bambusa surinamensis Ruprecht
Ampel hijau tua, Ampel hijau muda, Pring gading, Pring tutul (Indonesia)
4.
Dendrocalamus asper (Roem. & Schultf.) Backer ex Heyne.
Bambusa asperaSchultes Dendrocalamus flagelifer Gigantochloa aspera Schultes F. Kurtz Dendrocalamus merrilianus (Elmer) Elmer
Bambu petung (Indonesia), Petung coklat (Bengkulu), Petung hijau (Lampung), Petung hitam (Banyuwangi)
5.
Dinochloa scadens
-
Cangkoreh (Sunda)
6.
Gigantochloa apus Kurz
Bambusa apus J.A. & Schultes Gigantochloa Kurzii Gamble
Bambu tali (Indonesia)
7.
Gigantochloa atroviolaceae Widjaja
Gigantochloa verticillata (Willd) sensu Backer
Bambu hitam (Indonesia), Pring wulung (Jawa), Awi hideung (Sunda)
8.
Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro
Bambusa thouarsii Kunth var atter Hassk Gigantochloa verticillata (Wild) Munro sensu Backer
Bambu ater (Indonesia), Pring benel, Pring jawa (Jawa), Awi temen (Sunda)
9.
Gigantochloa pruriens Widjaja
-
Buluh belangke, buluh regen (Karo), Buluh yakyak (Gayo)
10.
Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja
Bambusa pseudoarun dinacea Steudel Gigantochloa verticillata (Wild) Munro Gigantochloa maxima Kurz
Awi andong besar, Andong leutik, Andong kapas, Andong batu (Sunda), Pring gombong, Pring surat (Jawa)
11.
Schizostachyum blumei Ness
Melocana zollinger Steudel var. longispi culata Kurz ex Munro S. Longis piculatum (Kurz ex Munro) Kurz
Awi tamiyang (Sunda)
12.
Schizostachyum brachycladun Kurz
-
Bambu lemang kuning, Lemang hijau (Indonesia), Buluh tolang, Buluh sero (Maluku), Pring lampar (Banyuwangi)

Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Padahal dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Tanaman bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman bambu yang simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul didalam rumpun karena percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul. Batang bambu yang lebih tua berada di tengah rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya.

C.    Biologi dan Ekologi Bambu
Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunya seakan melambai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga (Berlin dan Estu, 1995).
Akar Rimpang
Akar rimpangnya yang terdapat dibawah tanah membentuk sistem percabangan, dimana dari ciri percabangan tersebut nantinya akan dapat membedakan asal dari kelopok bambu tersebut. Bagian pangkal akar ripangnya lebih sempit dari pada bagian ujungnya dan setiap ruas mempunyai kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang ini akan berkembang menjadi rebung yang kemudian memanjat dan akhirnya menghasilkan buluh.
Batang
Batang-batang bambu muncul dari akar-akar rimpang yang menjalar dibawah lantai. Batang-batang yang sudah tua keras dan umumnya berongga, berbetuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m. Diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya sampai 25 mm. Pada bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut dengan pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua pelepah batangnya mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang berbetuk segi tiga dan disebut subang yang biasanya gugur lebih dulu.
Rebung
Tunas atau batang-batang bambu muda yang baru muncul dari permukaan dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang didalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung dapat dibedakan untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pepepahnya. Bulu pelepah rebung umumnya hitam, tetapi ada pula yang coklat atau putih misalnya bambu cangkreh (Dinochloa scandens), sementara itu pada bambu betung (Dendrocalamus asper) rebungnya tertutup oleh bulu coklat.
Tipe Pertumbuhan
Tanaman bambu menpunyai dua tipe pertumbuhan rumpun, yaitu simpodial (clump type) dan monopodial (running type). Pada tipe simpodial tunas baru keluar dari ujung rimpang. Sistem percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul dan tumbuh membentuk rumpun. Bambu tipe simpodial tersebar di daerah tropik, seperti yang terdapat di Indonesia dan Malaysia. Pada bambu tipe monopodial tunas bambu keluar dari buku-buku rimpang dan tidak membentuk rumpun. Batang dalam satu rumpun menyebar sehingga tampak seperti tegakan pohon yang terpisah-pisah. Jenis bambu ini biasanya ditemukan di daerah subtropis seperti di Jepang, Cina dan Korea (Berlin dan Estu, 1995).
Pelepah Buluh
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah daun daun pelepah buluh. Pelepah buluh sangat penting fungsinya yaitu buluh ketika masih muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis bambu pelepahnya luruh, tetapi pada jenis lain ada pula yang pelepahnya tetap menempel pada buluh tersebut, seperti pada jenis bambu talang (Schizostachyum brachycladum).
Helai Daun dan Pelepah Daun
Helai daun bambu mempunyai tipe pertulangan yang sejajar seperti rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Daunnya biasanya lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti pada bambu cendani (Bambusa multiplex) dan bambu siam (Thyrsostachys siamensis). Helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau tidak tampak. Pada beberapa jenis bambu, kuping pelepah daunnya mempunyai bulu kejur panjang, tetapi ada juga yang gundul.
Budi Daya Tanaman Bambu
Penggunaan bambu untuk industri atau kerajinan dewasa ini semakin meningkat. Dengan demikian kebutuhan akan bambu juga semakin banyak. Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak hanya dapat sepenuhnya bergantung pada yang telah ada sekarang. Untuk itu tanaman bambu perlu dibudidayakan secara intensif, yakni dengan cara mengebunkannya, agar dapat menjamin ketersediaan bahan baku dan kontinuitas produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan bambu adalah syarat-syarat tumbuh, perbanyakan tanaman, persiapan tanaman, cara penanaman, dan pemilihan tanaman (Berlin dan Estu, 1995).
Syarat Tumbuh
Pertumbuhan setiap tanaman tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungannya. Dengan demikian perlu diperhatikan faktor-faktor yang bekaitan dengan syarat tumbuh tanaman bambu. Faktor lingkungan terebut meliputi jenis iklim dan jenis tanah. Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8-36o C. Bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5, dan umumnya menghendaki tanah yang pH nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlin dan Estu, 1995).
Pembibitan
Pembibitan dilakukan untuk memperbanyak tanaman. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan dengan generatif adalah dengan bijinya. Sedangkan perbanyakan vegetatif antara lain dengan stek batang, stek cabang atau stek rhizome (akar). Untuk mendapatkan bibit bambu dalam skala yang besar dan cepat dapat juga dilakukan dengan teknik kultur jaringan (Berlin dan Estu, 1995).
Penanaman
Penanaman bambu bisa dilakuan di kebun, tanah yang latar, tepi sungai atau di pakarangan. Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan persiapan lahan seperti pembersihan areal dari semak belukar, bebatuan dan kotoran lain. Penanaman bambu sebainya dilakukan pada musim penghujan dan bibit yang digunakan sebaiknya dalam keadaan segar. Pada saat menanam bibit hendaknya ditambahkan pupuk buatan yaitu Urea, TSP dan KCl, dengan perbandingan 3 : 2 : 1 sebaiknya 600 Kg/ha. Pupuk diberikan melingkari tanaman karena rumpun akan tumbuh di sekeliling tanaman induknya. Setelah itu tanah disekitar bibit dipadatkan dan ditinggikan sekitar 5 – 10 cm (Berlin dan Estu, 1995).
Pemeliharaan
Tanaman bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan. Meskipun demikian pemeliharaan tanaman bambu tidak perlu intensif, sehingga tidak terlalu merepotkan pemiliknya. Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara lain meliputi pemangkasan, penyiangan, pembumbunan dan pemupukan (Berlin dan Estu, 1995).
Potensi Tanaman Bambu
Tanaman bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan ruasnya, disamping tunas-tunas rumpunnya.
Produksi
Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Pada perinsipnya, pengembangan tanaman bambu di negara kita ini sangat prospek, disamping dapat memenuhi kebutuhan bambu dalam negeri juga dapat memenuhi kebutuhan luar negeri. Selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi tanaman bambu juga dapat sebagai salah satu kantong penyerap air, akar-akar pada bambu sangat baik dalam hal menahan dan menjaga ketersediaan air dalam tanah (Soekartawi, 1995)
Pemanfaatan Tanaman Bambu
Bambu, merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan tanaman bambu dapat meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu semakin langka sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar, maka tuntutan pemenuhan bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas penyelamat aset kehutanan nasional (Otjo dan Atmadja, 2006). Secara tradisional umumnya bambu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan bahan makanan. Sebagai bahan bangunan banyak dipakai didaerah pedesaan, sedangkan di kota bambu merupakan bahan penting untuk rumah murah, bangunan sementara dan untuk banguan bertingkat.
Bambu merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Sampai saat ini bambu sudah dimanfaatkan sangat luas, mulai dari penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya ditujukan untuk orientasi ekspor.
Pada umumnya seluruh bagian dari bambu dapat kita manfaatkan yakni mulai dari akar, daun, rebung sampai pada batang. Adapun pemanfaatan bambu yang dilakukan dengan mengunakan teknologi paling sederhana hingga teknologi tinggi diantaranya adalah: bambu lapis, bambu lamina, papan semen, arang bambu, pulp, kerajinan dan handicraft, supit, furniture dan perkakas rumah tangga, komponen bangunan dan rumah, sayuran dan bahan alat musik tradisional.
Konsumen barang-barang kerajinan bambu tidak hanya di dalam negeri. Masyarakat mancanegara juga meminatinya karena kenaturalan dan kecantikannya. Hasil kerajinan bambu di Indonesia dapat dengan mudah kita peroleh karena kerajinan bambu banyak sekali dijajakan dikaki lima atau pinggir jalan, selain itu di pasar swalayan pun, kerajinan bambu dapat ditemukan. Aneka produk Bambu Berkah misalnya, dapat dijumpai di Plaza Indonesia di jantung kota Jakarta (Duryatmo, 2000).
1.      Akar
Akar Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya
2.      Batang
Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan.Secara geris besar pemanfaatan batang bambu dapat diglongkan kedalam dua hal yaitu:
1)      Berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu
a.      Bambu yang masih dalam keadaan bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
b.      Bambu yang sudah dibelah, umumnya digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang terbuat dari ijuk atau rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.
c.      Gabungan bambu bulat dan sudah dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka kerajinan tangan, misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.
2)      Berdasarkan penggunaan akhir yaitu untuk konstruksi dan non konstruksi
3.      Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu didalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan untuk mengobati deman panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan.
4.      Rebung
Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizom maupun buku-bukunya.Rebung merupakan anakan dari bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai sayur berumur kerkisar 1-5 bulan. Rebung dapat difanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya yang pahit. Menurut beberapa pengusaha rebung bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya adalah bambu betung.

B. Manfaat Bambu Secara Ekologi
            Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi.
            Kerusakan sumber daya alam di Indonesia telah melampaui ambang batas kerusakan dan cenderung untuk menuju kepada kemusnahan fatal apabila tidak ada usaha penanggulangannya yang berarti. Kawasan hutan seluas 122 juta ha tinggal separuhnya akibat pembalakan liar, yang sampai saat kini belum ada penanganannya secara tuntas. Akibatnya kita dapat merasakan sendiri malapetaka bagi seluruh lapisan masyarakat seperti terjadinya banjir, longsor, sendimentasi, pendangkalan sungai serta muaranya pada musim hujan serta kekurangan air.
            Environment Bamboo Foundation mendapat laporan dari banyak negara bahwa debit air meningkat setelah beberapa tahun ditanami bambu dan dalam beberapa kasus muncul mata air baru. Tidak mengherankan mengingat bambu adalah tanaman C3 dan efektif dalam konservasi air. Pepohonan rata-rata menyerap 35-40% air hujan; sedangkan bambu bisa menyerap sampai 90%.  Dengan demikian fungsi bambu sangatlah banyak, diantaranya adalah.
1.      Meningkatkan volume air bawah tanah
2.      Konservasi lahan
3.      Perbaikan lingkungan dan
4.      Sifat-sifat bambu sebagai bahan bangunan tahan gempa, khususnya wilayah rawan gempa.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tanaman bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masya-rakat Indonesia dan sudah menyebar di kawasan Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering.
Bambu merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Sampai saat ini bambu sudah dimanfaatkan sangat luas, mulai dari penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya ditujukan untuk orientasi ekspor.
Pada umumnya seluruh bagian dari bambu dapat kita manfaatkan yakni mulai dari akar, daun, rebung sampai pada batang. Adapun pemanfaatan bambu yang dilakukan dengan mengunakan teknologi paling sederhana hingga teknologi tinggi diantaranya adalah: bambu lapis, bambu lamina, papan semen, arang bambu, pulp, kerajinan dan handicraft, supit, furniture dan perkakas rumah tangga, komponen bangunan dan rumah, sayuran dan bahan alat musik tradisional.

B.     Saran
Adapun saran dari yang dapat disampaikan dari makalah ini adalah agar kita dapat memanfaatkan dan menggunakan sumber daya alam dengan bijak, misalnya dalam menggunakan dan menebang bambu, sehingga keseimbangan alam dan ekosistem dapat terjaga.







DAFTAR PUSTAKA
Berlian, N. dan Rahayu, E. 1995. Jenis Dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar. Swadaya: Jakarta.
Berlin, N.V.A., dan Estu. R., 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar. Swadaya: Jakarta
Duryatmo, Sardhi. 2000. Wirausaha Kerajinan Bambu. Puspa Swara: Jakarta.
Elsppat, 1999, Pengawetan Kayu dan Bambu, Parpaswara: Jakarta.
Lopez, C. dan Shanley, P. 2004. Kekayaan Hutan Asia. PT Gramedia Pustaka Utama. Anggota IKAPI: Jakarta.
Otjo dan Atmadja, 2006. Bambu, Tanaman Tradisional Yang Terlupakan. http:// www.freelists.org/archives/ppi/09-2006/msg00010 (Diakses pada 15 maret 2016)

Blogroll

Translate

Pageviews last month

About