MAKALAH TANAMAN PERKEBUNAN
KEHUTANAN DAN INDUSTRI
“TANAMAN BAMBU (Gigantochloa
apus)”
M. DENI
05071281419188
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanaman
bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan
sudah menyebar di kawasan Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim
basah sampai iklim kering. Lopez dan Shanley (2004) menyebutkan bahwa bambu
termasuk keluarga rumput-rumputan dan merupakan tumbuhan paling besar di dunia
dalam keluarga ini. Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan kebanyakan terdapat
di Asia. Tumbuhan yang indah ini, dengan kekuatan dan kelenturannya, memiliki
manfaat yang tidak terbatas. Bambu telah menjadi bagian alami dari kehidupan,
mulai dari lahir hingga mati.
Di Cina dan
Jepang, pisau bambu digunakan untuk memotong tali pusar bayi pada saat
dilahirkan, dan jenazah orang yang meninggal diletakkan diatas alas yang
terbuat dari bambu. Tumbuhan ini sudah mendarah daging dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Asal-usul Bambu Tanaman bambu banyak ditemukan di
daerah tropik di Benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies
ditemukan pula di Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar.
Penyebarannya meliputi wilayah Indoburma, India, Cina, dan Jepang. Daerah
Indoburma dianggap sebagai daerah asal tanaman ini. Selain di daerah tropik,
bambu juga menyebar ke daerah subtropik dan daerah beriklim sedang di dataran
rendah sampai di dataran tinggi (Berlian & Rahayu, 1995).
Di daerah
hujan tropis, bambu tumbuh dalam kelompok. Ketika terjadi gangguan hutan alam,
misalnya karena logging. Bambu semakin tersebar, misalnya jenis Phyllostachys
ditemukan hampir di seluruh daerah Cina, Jepang, dan Taiwan. Budidaya bambu
dilakukan di Indonesia, India, dan Bangladesh (Elsppat, 1999).
Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500
spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria,
Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus,
Phyllostachys, Schizostachyum, dan Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga
Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun
dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari
mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu
berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga, berdinding keras, pada
setiap buku terdapat mata tunas atau cabang.
Salah
satu jenis bambu yang sudah banyak dikenal dan sering dimanfaatkan oleh
masyarakat adalah bambu tali atau bambu apus.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adala untuk:
·
Mengetahui
syarat tumbuh tanaman bambu
·
Mengetahui cara
membudidayakan tanaman bambu
·
Mengeetahui
manfaat dan pengolahan bambu
BAB II
BUDIDAYA BAMBU
A.
Deskripsi
tanaman
Di seluruh
dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal
ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus,
Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan
Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga
Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh)
yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa
pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku,
beruas-ruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas
atau cabang (Otjo dan Atmadja, 2006).
Salah satu
jenis bambu yang sudah banyak dikenal dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat
adalah bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam genus Gigantochloa,
Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut.
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Monocotiledonae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Subfamili : Bambusoideae
Genus : Gigantochloa
Spesies : Gigantochloa apus (Bl. Ex Schult.) Kurz (Berlin dan Estu, 1995).
B.
Jenis-jenis
Bambu
Dari sekitar
75 genus terdiri dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, 10 genus atau 125
jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Berdasarkan sistem percabangan
rimpang, genus tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, genus yang
berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk didalamnya genus Bambusa,
Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum. Kedua, genus berakar rimpang
dan tumbuh secara monopodial (horizontal) dan bercabang secara lateral sehingga
menghasilkan rumpun tersebar, diantaranya genus Arundinaria (Duryatmo, 2000).
Sedangkan
menurut Berlian dan Rahayu (1995) di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis
bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan masih belum jelas kegunaannya. Beberapa
jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis yang tinggi seperti:
bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kunig, bambu hitam,
bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling, bambu
tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian, bambu jepang,
bambu gendang, bambu bali, dan bambu pagar.
Tabel Jenis-jenis Bambu
No.
|
Nama botanis
|
Sinonim
|
Nama lokal dan penyebaran
|
1.
|
Bambusa
atra Lindley
|
Bambusa
lineata Munro
Bambusa rumphiana Kurz Dendrocalamus latifolius Laut & K.
Shum
|
Loleba
(Maluku, Nena (Shanghai)
|
2.
|
Bambusa
multiplex (Lour)
Raeuschel ex J.A. & J.H. Schultes
|
Arundo
multiplex (Lour.)
Bambusa nana (Roxb) Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Munro
|
Bambu
krisik hijau, Krisik putih, Bambu pagar, Bambu cina (Indonesia), Aor selat
(Kalimantan Barat)
|
3.
|
Bambusa
vulgaris Schrad
ex Wendl
|
Bambusa
thouarsii Kunth
Bambusa surinamensis Ruprecht
|
Ampel
hijau tua, Ampel hijau muda, Pring gading, Pring tutul (Indonesia)
|
4.
|
Dendrocalamus
asper (Roem.
& Schultf.) Backer ex Heyne.
|
Bambusa
asperaSchultes Dendrocalamus flagelifer Gigantochloa aspera Schultes F. Kurtz Dendrocalamus
merrilianus (Elmer) Elmer
|
Bambu
petung (Indonesia), Petung coklat (Bengkulu), Petung hijau (Lampung), Petung
hitam (Banyuwangi)
|
5.
|
Dinochloa
scadens
|
-
|
Cangkoreh
(Sunda)
|
6.
|
Gigantochloa
apus Kurz
|
Bambusa
apus J.A.
& Schultes Gigantochloa Kurzii Gamble
|
Bambu
tali (Indonesia)
|
7.
|
Gigantochloa
atroviolaceae Widjaja
|
Gigantochloa
verticillata (Willd) sensu Backer
|
Bambu
hitam (Indonesia), Pring wulung (Jawa), Awi hideung (Sunda)
|
8.
|
Gigantochloa
atter (Hassk)
Kurz ex Munro
|
Bambusa
thouarsii Kunth
var atter Hassk Gigantochloa verticillata (Wild) Munro sensu Backer
|
Bambu
ater (Indonesia), Pring benel, Pring jawa (Jawa), Awi temen (Sunda)
|
9.
|
Gigantochloa
pruriens Widjaja
|
-
|
Buluh
belangke, buluh regen (Karo), Buluh yakyak (Gayo)
|
10.
|
Gigantochloa
pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja
|
Bambusa
pseudoarun dinacea Steudel Gigantochloa verticillata (Wild) Munro Gigantochloa
maxima Kurz
|
Awi
andong besar, Andong leutik, Andong kapas, Andong batu (Sunda), Pring
gombong, Pring surat (Jawa)
|
11.
|
Schizostachyum
blumei Ness
|
Melocana
zollinger Steudel var. longispi culata Kurz ex Munro S. Longis piculatum (Kurz ex Munro) Kurz
|
Awi
tamiyang (Sunda)
|
12.
|
Schizostachyum
brachycladun Kurz
|
-
|
Bambu
lemang kuning, Lemang hijau (Indonesia), Buluh tolang, Buluh sero (Maluku),
Pring lampar (Banyuwangi)
|
Tanaman
bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Padahal dapat pula bambu
tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Tanaman bambu yang tumbuh subur di
Indonesia merupakan tanaman bambu yang simpodial, yaitu batang-batangnya
cenderung mengumpul didalam rumpun karena percabangan rhizomnya di dalam tanah
cenderung mengumpul. Batang bambu yang lebih tua berada di tengah rumpun,
sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya.
C.
Biologi dan
Ekologi Bambu
Arah
pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu. Jika
sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunya seakan
melambai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa
berbunga (Berlin dan Estu, 1995).
Akar Rimpang
Akar
rimpangnya yang terdapat dibawah tanah membentuk sistem percabangan, dimana
dari ciri percabangan tersebut nantinya akan dapat membedakan asal dari kelopok
bambu tersebut. Bagian pangkal akar ripangnya lebih sempit dari pada bagian
ujungnya dan setiap ruas mempunyai kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang
ini akan berkembang menjadi rebung yang kemudian memanjat dan akhirnya
menghasilkan buluh.
Batang
Batang-batang
bambu muncul dari akar-akar rimpang yang menjalar dibawah lantai. Batang-batang
yang sudah tua keras dan umumnya berongga, berbetuk silinder memanjang dan
terbagi dalam ruas-ruas. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m.
Diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya sampai 25 mm. Pada
bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut
dengan pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua pelepah batangnya
mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang
berbetuk segi tiga dan disebut subang yang biasanya gugur lebih dulu.
Rebung
Tunas atau
batang-batang bambu muda yang baru muncul dari permukaan dasar rumpun dan
rhizome disebut rebung. Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang didalam tanah
atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung dapat dibedakan untuk membedakan jenis
dari bambu karena menunjukkan ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang
terdapat pada pepepahnya. Bulu pelepah rebung umumnya hitam, tetapi ada pula
yang coklat atau putih misalnya bambu cangkreh (Dinochloa scandens), sementara
itu pada bambu betung (Dendrocalamus asper) rebungnya tertutup oleh bulu coklat.
Tipe
Pertumbuhan
Tanaman
bambu menpunyai dua tipe pertumbuhan rumpun, yaitu simpodial (clump type) dan
monopodial (running type). Pada tipe simpodial tunas baru keluar dari ujung
rimpang. Sistem percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul dan
tumbuh membentuk rumpun. Bambu tipe simpodial tersebar di daerah tropik,
seperti yang terdapat di Indonesia dan Malaysia. Pada bambu tipe monopodial
tunas bambu keluar dari buku-buku rimpang dan tidak membentuk rumpun. Batang
dalam satu rumpun menyebar sehingga tampak seperti tegakan pohon yang
terpisah-pisah. Jenis bambu ini biasanya ditemukan di daerah subtropis seperti
di Jepang, Cina dan Korea (Berlin dan Estu, 1995).
Pelepah
Buluh
Pelepah
buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang
terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat
antara sambungan antara pelepah daun daun pelepah buluh. Pelepah buluh sangat
penting fungsinya yaitu buluh ketika masih muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan
tinggi, pada beberapa jenis bambu pelepahnya luruh, tetapi pada jenis lain ada
pula yang pelepahnya tetap menempel pada buluh tersebut, seperti pada jenis
bambu talang (Schizostachyum brachycladum).
Helai Daun
dan Pelepah Daun
Helai daun
bambu mempunyai tipe pertulangan yang sejajar seperti rumput, dan setiap daun
mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Daunnya biasanya lebar, tetapi ada
juga yang kecil dan sempit seperti pada bambu cendani (Bambusa multiplex) dan
bambu siam (Thyrsostachys siamensis). Helai daun dihubungkan dengan pelepah
oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan
kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping pelepah daun umumnya besar tetapi
ada juga yang kecil atau tidak tampak. Pada beberapa jenis bambu, kuping
pelepah daunnya mempunyai bulu kejur panjang, tetapi ada juga yang gundul.
Budi Daya
Tanaman Bambu
Penggunaan
bambu untuk industri atau kerajinan dewasa ini semakin meningkat. Dengan
demikian kebutuhan akan bambu juga semakin banyak. Pemenuhan kebutuhan tersebut
tidak hanya dapat sepenuhnya bergantung pada yang telah ada sekarang. Untuk itu
tanaman bambu perlu dibudidayakan secara intensif, yakni dengan cara
mengebunkannya, agar dapat menjamin ketersediaan bahan baku dan kontinuitas
produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan bambu
adalah syarat-syarat tumbuh, perbanyakan tanaman, persiapan tanaman, cara
penanaman, dan pemilihan tanaman (Berlin dan Estu, 1995).
Syarat
Tumbuh
Pertumbuhan
setiap tanaman tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungannya. Dengan
demikian perlu diperhatikan faktor-faktor yang bekaitan dengan syarat tumbuh
tanaman bambu. Faktor lingkungan terebut meliputi jenis iklim dan jenis tanah.
Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8-36o
C. Bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5, dan umumnya
menghendaki tanah yang pH nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman
bambu akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut
akan terpenuhi (Berlin dan Estu, 1995).
Pembibitan
Pembibitan
dilakukan untuk memperbanyak tanaman. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan
dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan dengan generatif adalah dengan
bijinya. Sedangkan perbanyakan vegetatif antara lain dengan stek batang, stek
cabang atau stek rhizome (akar). Untuk mendapatkan bibit bambu dalam skala yang
besar dan cepat dapat juga dilakukan dengan teknik kultur jaringan (Berlin dan
Estu, 1995).
Penanaman
Penanaman
bambu bisa dilakuan di kebun, tanah yang latar, tepi sungai atau di pakarangan.
Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan persiapan lahan seperti
pembersihan areal dari semak belukar, bebatuan dan kotoran lain. Penanaman
bambu sebainya dilakukan pada musim penghujan dan bibit yang digunakan
sebaiknya dalam keadaan segar. Pada saat menanam bibit hendaknya ditambahkan
pupuk buatan yaitu Urea, TSP dan KCl, dengan perbandingan 3 : 2 : 1 sebaiknya
600 Kg/ha. Pupuk diberikan melingkari tanaman karena rumpun akan tumbuh di
sekeliling tanaman induknya. Setelah itu tanah disekitar bibit dipadatkan dan
ditinggikan sekitar 5 – 10 cm (Berlin dan Estu, 1995).
Pemeliharaan
Tanaman
bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan. Meskipun demikian
pemeliharaan tanaman bambu tidak perlu intensif, sehingga tidak terlalu
merepotkan pemiliknya. Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara lain meliputi
pemangkasan, penyiangan, pembumbunan dan pemupukan (Berlin dan Estu, 1995).
Potensi
Tanaman Bambu
Tanaman
bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Pada
umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan
air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas
tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan
buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga pada bambu
dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan ruasnya,
disamping tunas-tunas rumpunnya.
Produksi
Bambu
merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua
bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun bahkan rebungnya dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Pada perinsipnya, pengembangan
tanaman bambu di negara kita ini sangat prospek, disamping dapat memenuhi
kebutuhan bambu dalam negeri juga dapat memenuhi kebutuhan luar negeri. Selain
memiliki nilai ekonomi yang tinggi tanaman bambu juga dapat sebagai salah satu
kantong penyerap air, akar-akar pada bambu sangat baik dalam hal menahan dan
menjaga ketersediaan air dalam tanah (Soekartawi, 1995)
Pemanfaatan
Tanaman Bambu
Bambu,
merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber
bahan baku industri. Di bidang kehutanan tanaman bambu dapat meningkatkan
kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional
melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu
semakin langka sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar,
maka tuntutan pemenuhan bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas
penyelamat aset kehutanan nasional (Otjo dan Atmadja, 2006). Secara tradisional
umumnya bambu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti alat-alat rumah
tangga, kerajinan tangan dan bahan makanan. Sebagai bahan bangunan banyak
dipakai didaerah pedesaan, sedangkan di kota bambu merupakan bahan penting
untuk rumah murah, bangunan sementara dan untuk banguan bertingkat.
Bambu
merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat.
Sampai saat ini bambu sudah dimanfaatkan sangat luas, mulai dari penggunaan
teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi pada skala
industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan
dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya ditujukan untuk
orientasi ekspor.
Pada umumnya
seluruh bagian dari bambu dapat kita manfaatkan yakni mulai dari akar, daun,
rebung sampai pada batang. Adapun pemanfaatan bambu yang dilakukan dengan
mengunakan teknologi paling sederhana hingga teknologi tinggi diantaranya
adalah: bambu lapis, bambu lamina, papan semen, arang bambu, pulp, kerajinan
dan handicraft, supit, furniture dan perkakas rumah tangga, komponen bangunan
dan rumah, sayuran dan bahan alat musik tradisional.
Konsumen
barang-barang kerajinan bambu tidak hanya di dalam negeri. Masyarakat mancanegara
juga meminatinya karena kenaturalan dan kecantikannya. Hasil kerajinan bambu di
Indonesia dapat dengan mudah kita peroleh karena kerajinan bambu banyak sekali
dijajakan dikaki lima atau pinggir jalan, selain itu di pasar swalayan pun,
kerajinan bambu dapat ditemukan. Aneka produk Bambu Berkah misalnya, dapat
dijumpai di Plaza Indonesia di jantung kota Jakarta (Duryatmo, 2000).
1.
Akar
Akar
Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya
kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan dalam menanganai limbah beracun
akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah
tersebut melalui serabut-serabut akarnya
2.
Batang
Batang
bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai
macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis bambu dapat
dimanfaatkan.Secara geris besar pemanfaatan batang bambu dapat diglongkan
kedalam dua hal yaitu:
1)
Berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu
a.
Bambu yang masih dalam keadaan bulat,
umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
b.
Bambu yang sudah dibelah, umumnya
digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang terbuat dari ijuk atau
rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.
c.
Gabungan bambu bulat dan sudah dibelah
serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka kerajinan tangan, misalnya
keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.
2)
Berdasarkan penggunaan akhir yaitu untuk
konstruksi dan non konstruksi
3.
Daun
Daun
bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli
dan wajik. Selain itu didalam pengobatan tradisional daun bambu dapat
dimanfaatkan untuk mengobati deman panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan
karena daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan.
4.
Rebung
Rebung,
tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang
muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizom maupun
buku-bukunya.Rebung merupakan anakan dari bambu, rebung yang masih bisa kita
konsumsi sebagai sayur berumur kerkisar 1-5 bulan. Rebung dapat difanfaatkan
sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua
jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya
yang pahit. Menurut beberapa pengusaha rebung bambu yang rebungnya enak dimakan
diantaranya adalah bambu betung.
B.
Manfaat Bambu Secara Ekologi
Tanaman
bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat.
Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem
hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai
tanaman konservasi.
Kerusakan
sumber daya alam di Indonesia telah melampaui ambang batas kerusakan dan
cenderung untuk menuju kepada kemusnahan fatal apabila tidak ada usaha
penanggulangannya yang berarti. Kawasan hutan seluas 122 juta ha tinggal
separuhnya akibat pembalakan liar, yang sampai saat kini belum ada
penanganannya secara tuntas. Akibatnya kita dapat merasakan sendiri malapetaka
bagi seluruh lapisan masyarakat seperti terjadinya banjir, longsor, sendimentasi,
pendangkalan sungai serta muaranya pada musim hujan serta kekurangan air.
Environment
Bamboo Foundation mendapat laporan dari banyak negara bahwa debit air
meningkat setelah beberapa tahun ditanami bambu dan dalam beberapa kasus muncul
mata air baru. Tidak mengherankan mengingat bambu adalah tanaman C3 dan efektif
dalam konservasi air. Pepohonan rata-rata menyerap 35-40% air hujan; sedangkan
bambu bisa menyerap sampai 90%. Dengan demikian fungsi bambu
sangatlah banyak, diantaranya adalah.
1.
Meningkatkan volume air bawah tanah
2.
Konservasi lahan
3.
Perbaikan lingkungan dan
4.
Sifat-sifat bambu sebagai bahan bangunan
tahan gempa, khususnya wilayah rawan gempa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman
bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masya-rakat Indonesia dan
sudah menyebar di kawasan Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim
basah sampai iklim kering.
Bambu
merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat.
Sampai saat ini bambu sudah dimanfaatkan sangat luas, mulai dari penggunaan
teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi pada skala
industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan
dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya ditujukan untuk
orientasi ekspor.
Pada umumnya
seluruh bagian dari bambu dapat kita manfaatkan yakni mulai dari akar, daun,
rebung sampai pada batang. Adapun pemanfaatan bambu yang dilakukan dengan
mengunakan teknologi paling sederhana hingga teknologi tinggi diantaranya
adalah: bambu lapis, bambu lamina, papan semen, arang bambu, pulp, kerajinan
dan handicraft, supit, furniture dan perkakas rumah tangga, komponen bangunan
dan rumah, sayuran dan bahan alat musik tradisional.
B. Saran
Adapun
saran dari yang dapat disampaikan dari makalah ini adalah agar kita dapat
memanfaatkan dan menggunakan sumber daya alam dengan bijak, misalnya dalam
menggunakan dan menebang bambu, sehingga keseimbangan alam dan ekosistem dapat
terjaga.
Berlian,
N. dan Rahayu, E. 1995. Jenis
Dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar. Swadaya: Jakarta.
Berlin,
N.V.A., dan Estu. R., 1995. Jenis
dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar. Swadaya: Jakarta
Duryatmo, Sardhi. 2000. Wirausaha
Kerajinan Bambu. Puspa Swara:
Jakarta.
Elsppat, 1999, Pengawetan Kayu dan
Bambu,
Parpaswara:
Jakarta.
Lopez, C. dan Shanley,
P. 2004. Kekayaan Hutan Asia. PT
Gramedia Pustaka Utama. Anggota IKAPI:
Jakarta.
Otjo dan Atmadja, 2006. Bambu, Tanaman Tradisional Yang
Terlupakan. http:// www.freelists.org/archives/ppi/09-2006/msg00010 (Diakses pada
15 maret 2016)
0 comments:
Post a Comment